Sunday, March 15, 2009

Komik Tidak Sama Dengan Buku

Comic is not a book. At least for me.

Saya tidak dibiasakan membaca komik. Orang tua saya selalu memberikan buku cerita tanpa gambar yang membuat saya menghayal sendirian. Bahkan sewaktu kecil, buku anak-anak yang saya punya sangat minim gambar. Saya bisa mengenal komik karena teman-teman saya membawanya ke sekolah. Makanya saya tidak akrab dengan serial candy-candy seperti teman SD saya kebanyakan. Tetapi akhirnya saya mulai membeli komik. Sendiri. Tidak ketika saya pergi ke toko buku dengan Bapak. Saya mulai membaca Sweet Rabu-Rabu, PangPong dan Sailormoon. Yaa..saya juga punya komik Sailormoon yang mahal itu, yang kertasnya bagus dan full color. Karena saya suka nonton film-nya.

Ternyata kebiasaan saya membaca buku tidak bergambar membuat saya tidak terlalu menikmati melihat gambar dengan balon kata-kata di atas mukanya. Ketidaknikmatan membaca biasanya dibuktikan dengan kecepatan membaca saya. Jika saya tidak suka, maka saya akan membaca cepat sekali. Sekali lewat saja. Apalagi saya tidak perlu menghayal bagaimana keadaan rumah, sekolah atau ekspresi muka si pelaku karena sudah digambarkan dengan jelas.

(Saya juga tidak suka kalau buku kesayangan saya dibuat film dan ternyata.. booooooooo!!! khayalan si film maker-nya sangat trashy! HUH! menghancurkan khayalan yang sudah saya bangun saja! ciih..)

Jadi buat saya buku adalah sekumpulan tulisan tanpa gambar yang bisa membuat pembacanya menemukan dunianya sendiri dan berimajinasi tanpa batasan terhadap sebuah tulisan. Komik sudah jelas membatasi daya khayal saya, and I don't like it. I know it's not normal, but yeah.. once again.. comic is not a book for me. Sorry.

2 comments:

  1. eh aku suka tuu pangpong hahahah kelinci yg lucu sekalii..
    eh eh ada link aku :P

    ReplyDelete
  2. eh iya! kelinci mirip babi yang bodoh! hahhahahaa

    ReplyDelete